Dialog Kebangsaan, Eros Djarot Ajak Anak Muda Rubah Tradisi Reaktif jadi Kreatif

Di era digital, kebhinekaan masyarakat Indoensia bukan lagi dikawal oleh TNI dan polri, melainkan oleh para kreator muda.

Foto: Sasetya Wilutama/Pilar.id

Konten produksi anak-anak muda di media sosial yang kerap menggunakan standar ‘yang penting viral’ tak perlu bikin resah. Karena apapun yang dibuat oleh mereka, sejatinya refleksi atas perilaku para orang tua atau generasi sebelumnya.

“Apa yang diketahuinya, yang dipahami, apa yang diungkapkan berdasarkan pengalaman empiriknya,” ungkap Eros Djarot, jurnalis senior dan sutradara film, saat hadir menjadi nara sumber dalam ‘Dialog Kebangsaan bersama Eros Djarot’ di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS), Selasa (12/7/2022) lalu.

Menanggapi kekhawatiran beberapa konten viral yang mengandung muatan pornografi, mengesampingkan etika, seperti konten remaja dari Citayam beberapa waktu lalu, Eros menjawab diplomatis.

“Saya nggak terlalu resah. Anak-anak sekarang itu kan produknya kita-kita, para orangtua. Ya begitulah kita saat ini. Kualitas kebudayaan kita sebagai bangsa, salah satunya terlihat dari konten karya anak-anak sekarang di media sosial,” tegasnya.

Jadi kalaupun harus bersikap, kata Eros, berikan mereka ruang dan tawarkan budaya kebhinekaan negeri dengan sebaik-baiknya, selaras dengan gaya dan imajinasi generasi sekarang.

“Sehingga mereka bisa memilih yang terbaik,” ungkap pria yang juga aktif sebagai penulis, pencipta lagu, dan politikus ini.

Lebih lanjut Eros mengatakan, apa yang dihasilkan generasi muda saat ini merupakan refleksi dari perilaku para orang tua atau generasi sebelumnya. Apa yang diketahuinya, yang dipahami, apa yang diungkapkan berdasarkan pengalaman empiriknya.

Di penghujung dialog kebangsaan tersebut, Eros mengingatkan fungsi dan peran negara untuk mengawal masyarakat Indonesia di era digital. Bukan hanya aparat dan TNI, tetapi justru peran wartawan dan pers yang turut memberikan contoh nilai-nilai yang baik dan terus mengawalnya.

“Kalau dulu atau sebelum era digital, TNI mempunyai peran utama untuk mengawal kebhinekaan masyarakat Indonesia. Tapi di era digital ini justru kalian-kalian dan tempat inilah (menunjuk mahasiswa kampus Stikosa-AWS) yang mempunyai peran utama dan penting untuk mengawalnya,” tandasnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan generasi muda saat ini adalah terus berkarya konten kreatif. Kaum muda dapat merubah pola pemikiran dari istilah reaktif menjadi kreatif dan meyakini keberadaan Tuhan sebagai teman terbaik dalam berkarya konten di media sosial.

“Jadi apapun karya-karya kontennya, jika kita kreatif, tentu tidak akan terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik. Jadi belajar dari konten-konten yang negatif itu, dan kemudian merubah mindset membuat karya yang positif. Kuncinya dimana? Ada di kreativitas, percaya, dan meyakini Tuhan sebagai teman terbaik kita dalam berkarya,” pungkas Eros.

 

Sumber: https://www.pilar.id/dialog-kebangsaan-eros-djarot-ajak-anak-muda-rubah-tradisi-reaktif-jadi-kreatif/

Liputan media lainnya:

Yang kita inginkan: perubahan,.
Perubahan.
Bukan pergantian.

Perubahan” - Erros Djarot