2025, Tahun Baru Yang Kelabu

Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja diterpa aib sangat memalukan. Presiden ke-7 RI, Jokowi, masuk dalam daftar list finalis para pemimpin dunia terkorup versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Jokowi berkelit, Prabowo pun beraksi!

Satu bulan jelang Tahun Baru 2025, rakyat sempat menjerit ketakutan. Mereka dihantui bayangan wajah Sri Mulyani yang dengan ekspresi datar tanpa beban, mengumumkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk tahun 2025, akan dinaikkan. Untung saja Presiden Prabowo menggelontorkan paket hadiah Tahun Baru yang membuat rakyat kebanyakan bernafas lega. Kenaikan PPN dari 11% menjadi 12%, hanya diberlakukan terhadap barang-barang (super) mewah. Ditambah lagi Prabowo menegaskan kebijakan fiskal pemerintah harus bertujuan mensejahterakan rakyat, bukan sebaliknya. Prabowo menyampaikan sendiri berita melegakan ini (tumben) bukan Menkeu yang hanya duduk mendampingi.

Mayoritas rakyat cukup terobati. Lega melihat wajah Ibu Menkeu yang muram. Nafsunya untuk menaikkan PPN secara menyeluruh sesuai arahan pemerintahan Jokowi dan DPR (2021), dikandaskan Presiden Prabowo di tengah jalan. Seorang pemerhati analis ekonomi, memuji Prabowo sambil melontarkan sikap sinis kepada Sri Mulyani yang dinilainya sebagai menteri miskin kreasi. Hebatnya, ia sangat lihai dalam menjaga portfolio kementerian yang dipimpinnya agar selalu tampak bersinar dan disukai atasan. Baru sekarang ini ia kena batunya...!

Di lain peristiwa, rakyat Indonesia menerima juga hadiah Tahun Baru sangat khusus. Bukan dari Prabowo, tapi dari Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Hadiah Tahun Baru dari OCCRP ini, sangat miris, mengejutkan, sangat memalukan dan sungguh memilukan ini. Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo, namanya tercantum sebagai salah satu finalis Tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Pemimpin Terkorup 2024, versi OCCRP. Ia ditampilkan sebagai finalis bersama enam tokoh terkorup dunia lainnya. Mereka adalah; Jokowi, Presiden Indonesia, Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, seorang konglomerat India Gautam Adani, dan Presiden Syria Bashar Al-Assad (pemenang).

Pendukung setia buta yang selalu meneriakkan… POKOKE Jokowi is the best, sangat terpukul menerima kenyataan ini. Setengah tak percaya, mereka melongo terpaku, tak tahu harus berbuat apa? Begitu pun para buzzer pemuja dan penyembah Jokowi, mereka kebingungan tak tahu harus melakukan counter issue dengan cara dan narasi yang bagaimana??? Pasalnya, berita memilukan ini dirilis oleh lembaga internasional yang kredibilitasnya sebagai Organisasi Jurnalisme Investigasi, sangat terpecaya, sebagai salah satu organisasi terbesar di dunia. .

Celakanya lagi bagi Jokowi, lembaga indepeden nonpemerintah ini, sangat anti suap. Hal inilah yang mungkin paling membuat Jokowi dan para kroninya pusing tujuh keliling. Penelanjangan diri Jokowi oleh OCCRP ini, telah menampilkan jati diri Jokowi sesungguhnya sebagai manusia tercela yang sangat tak terpuji. Dalam keadaan terpojok ini, Jokowi masih sempat berkilah. Mencoba meyakinkan masyarakat dengan mengatakan bahwa dirinya yang tak berhasil didongkel di dalam negeri, maka mereka berusaha mendongkelnya dari luar negeri. Dilakukan lewat LSM-NGO tertentu (sepertinya yang dimaksud adalah OCCRP) dengan menebar berita jahat untuk merusak namanya.

Upaya beladiri ini dilakukan saat menjawab pertanyaan wartawan tentang berita seputar pernyataan OCCRP. Jawaban pembelaan diri ini sungguh menyedihkan dan hanya mengundang ketertawaan publik. Karena mayoritas publik lebih memilih percaya pada OCCRP yang kredibilitasnya terpercaya, ketimbang Jokowi yang gemar berbohong. Di kalangan massa rakyat yang selama ini sudah muak Mulyono dan Fufufafa, ‘hadiah’ memalukan ini diterima sebagai berita yang memprihatinkan. Karena baru pertama kali ini Indonesia sebagai negara bangsa pejuang dan pemimpin negera-negara bangsa Asia-Afrika (lewat KAA Bandung 1955), harus menanggung malu sangat besar.

Kepada para pendukung setia mati Jokowi, para aktivis anti Fufufafa sigap melontarkan kalimat ironis sebagai teguran, "Apa katak. Baru percaya kan sekarang? Makanya buka telinga, mata, hati, dan pikiran. Jangan maunya hanya selalu memakai kacamata merek Mulyono!”. Bila sekarang kecewa, mereka pun dianjurkan untuk lantang bersuara, "Oooh ternyata begitu. Begitu to aslinya Pak Jokowi, tokoh kejahatan terorganisasi. Koruptor kelas kakap bertaraf internasional!"

Dalam suasana Indonesia berduka atas marwah bangsa yang terkoyak oleh ‘hadiah’ Tahun Baru dari OCCRP, Presiden Prabowo sekarang ini tengah dihadapkan pada kondisi yang cukup berat, tidak mudah, dan sangat memusingkan kepala. Kondisi perekonomian di negara yang baru dua bulan lebih dipimpinnya, tengah berada dalam keadaan sangat tidak baik-baik saja. Kondisinya yang merupakan peninggalan dan warisan rezim sebelumnya, Jokowi, membuat Indonesia berada dalam situasi yang sangat menghawatirkan.

Prabowo dituntut harus berani tegas dan bertangan besi menghadapi para penjahat perampok harta negara. Dalam kurun waktu 2 x 100 hari kerja, masyarakat dipastikan akan sangat antusias melihat hasilnya. Untuk itu, diperlukan kerja keras dan cerdas dari para pembantu Presiden Prabowo. Dalam hal ini kendala pertama yang muncul di depan mata, mayoritas menteri pembantu presiden Prabowo adalah warisan dan ‘titipan’ Jokowi. Mereka sudah sangat terbiasa berada dalam budaya kerja yang jauh dari harapan sebagai penyelenggara negara yang bertujuan menghadirkan Clean Government and Good Governance. Terbukti saat bekerja di era pemerintahan Jokowi, koruptor menjamur, dan korupsi terjadi di setiap lapisan dan pada setiap tingkatan institusi penyelenggara negara.

Tapi apa pun kondisinya, melakukan operasi bersih-bersih para penjahat negara, mutlak untuk segera dilakukan. Terlambat dan mandegnya langkah sapu bersih ini, pasti akan mendorong munculnya berbagai kemungkinan yang tidak kita inginkan. Sementara Prabowo sebagai Presiden baru, dihadapkan pada kenyataan bahwa kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang diwariskan oleh Jokowi, berada dalam kondisi yang mengharuskan dilakukannya perbaikan total secara menyeluruh.

Bagi Prabowo, sudah tidak ada pilihan lain kecuali harus bertindak tegas dan berani. Paling utama, hilangkan rasa berhutang budi yang berlebihan pada Jokowi. Sekalipun ‘Partai Coklat’ Jokowi telah membantu memboyong diri Anda ke istana.

Selanjutnya, rampingkan dan revitalisasi kabinet. Reshuffle para Menteri-Wamen hingga yang tertinggal adalah para pekerja keras yang cerdas, ahli dalam bidangnya, dan bersih dari catatan kotor.

Penyegaran pucuk pimpinan TNI-Polri, dan Kejaksaan Agung, mutlak diperlukan segera. Terbitkan Perpu tata laksana kerja Pembuktian Terbalik, sebagai pengganti Undang-undang yang bila diajukan ke meja DPR, pasti ditolak!

Tanpa keberanian melakukan semua ini, silkan Presiden Prabowo Subianto Djoyohadikusuma menikmati proses Slowmotion Suicide, bunuh diri secara perlahan. Perlahan tapi pasti!

Yang kita inginkan: perubahan,.
Perubahan.
Bukan pergantian.

Perubahan” - Erros Djarot