Narkoba adalah jenis obat terlarang. Mengedarkan dan mengonsumsi narkoba, merupakan perbuatan melanggar hukum. Tapi hebatnya, narkoba selalu menjadi sumber penghasilan ekonomi paling diminati oleh para penyelundup, penjahat ekonomi. Barang haram ini resmi menjadi barang terlarang, tapi tetap beredar luas di pasar gelap. Bahkan sangat dicari dan diminati oleh para muda-mudi yang terjerumus dalam ketersesatan hidup.
Pada umumnya, pengguna narkoba adalah kaum muda yang miskin pengetahuan dan dilusional. Mayoritas tumbuh subur di wilayah kehidupan kaum milenial dan generasi Z. Itu yang sering diasumsikan oleh masyarakat luas. Padahal, tidak sedikit para orang tua yang digolongkan sebagai kaum ‘baby boomers’, merupakan pengguna aktif narkoba. Terutama akhir-akhir ini, ketika suasana kehidupan di tahun politik jelang Pemilu-Pilpres 2024, telah menebar hawa panas yang meresahkan dan membuat kehidupan menjadi gamang dan tak nyaman. Narkoba pun menjadi barang terlarang yang dicari dan beredar diperjualkan secara masif dalam kehidupan di negeri ini.
Tentunya jenis narkoba yang kali ini beredar dan sengaja diedarkan secara luas, bahkan dikampanyekan dengan dana yang sangat besar, adalah jenis narkoba yang baru. Narkoba jenis baru ini dikenal dengan sebutan: ‘Narkoba Politik’. Narkoba politik ini menggunakan merek dagang dengan label: GIB-RAN. Spesialnya, narkoba jenis baru ini, GIB-RAN, tidak dilarang untuk diedarkan. Narkoba politik merek GIB-RAN ini, istimewanya justru para pengedarnya diduga keras melibatkan okum pegawai negeri dan petugas keamanan negara. Bahkan banyak pengamat yang menduga keras konon promotor utama dari kampanye narkoba politik merek GIB-RAN ini langsung dikomandoi Yang Mulia Presiden RI, Bapak Joko Widodo.
Padahal narkoba politik merek GIB-RAN ini merupakan barang ampuh daya rusaknya yang telah terbukti berhasil memporak-porandakan bangunan konstitusi di negeri ini. Kehadirannya di pasar politik nasional telah menimbulkan ‘gegar budaya politik’ yang sangat meresahkan dan mengkhawatirkan. Bahkan berkembang menjadi ancaman potensial dan sangat serius bagi masa depan kehidupan demokrasi di negeri ini. Daya rusaknya sangat luar biasa. Ia pun menjadi layak untuk diposisikan sebagai ‘people enemy’, menjadi musuh rakyat secara nasional.
Cukup alasan untuk menjadikannya musuh bersama rakyat Indonesia. Karena selain daya rusaknya terhadap bangunan konstitusi negara sangat besar, GIB-RAN telah melumat dan menghancurkan bangunan etika, moral, jenjang kaderisasi, dan sistem meritokrasi dalam kehidupan di dunia politik di negeri ini. Sehingga seorang ulama dan sastrawan besar negeri ini, KH. Mustofa Bisri, dengan lantang membacakan syair revolusionernya yang isinya menyuarakan pandangannya bahwa di negeri ini yang katanya Negara Republik namun aromanya tercium sangat Kerajaan. Sehingga posisi Indonesia sebagai negara hukum, bergeser perlahan tapi pasti menjadi Negara Kekuasaan!
Bisa dipahami mengapa para warga bangsa yang masih waras akal dan pikiran, menolak kehadiran dan diedarkannya narkoba politik merek GIB-RAN ini. Mereka, dengan tegas menyatakan sikap tidak ingin Pemilu-Pilpres 2024 dikotori oleh beredarnya narkoba politik merek GIB-RAN ini. Karena rakyat tidak menginginkan Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden yang telah menjadi korban narkoba politik merek GIB-RAN ini. Dikarenakan ia pasti akan ‘teler’ dan hilang kesadaran dan pikiran yang sehat. Dan itu sangat membahayakan jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan cita-cita kemerdekaan 1945.
Untuk itulah ‘Indonesia memanggil’ agar masyarakat, civil society, bangkit dan berjuang bersama untuk menyingkirkan narkoba politik jenis GIB-RAN ini. Rakyat harus dijauhkan dari narkoba politik GIB-RAN. Dan secara bergotong-royong berusaha mengajak kembali kaum terdidik, para orang tua, para pejabat tinggi dan mantan pejabat negara sipil maupun militer yang belakangan ini tersesat ke jalan narkoba politik GIB-RAN, untuk kembali sadar, kembali ke jalan yang benar. Setidaknya, berusaha menghidupkan kembali urat malu mereka yang sudah dilenyapkan oleh narkoba politik GIB-RAN yang telah mereka telan mentah-mentah belakangan ini.
Yah, bisa dimengerti mengapa ada peminat yang cukup lumayan banyak menerima dan mau mengonsumsi narkoba politik berlabelkan GIB-RAN ini. Pertama, karena dengan mau menerima narkoba politik GIB-RAN ini, seseorang akan melayang ke dunia fantasi yang dilusional dan sangat mengasyikkan. Selanjutya, kesehatan materi pun terjamin. Mimpi indah akan hidup berkecukupan yang damai dan membahagiakan, begitu meroyan dalam benak dan pikiran mereka. Itulah hebatnya pengaruh narkoba politik GIB-RAN ini. Ia mampu membawa penggunanya hidup di alam serba dilusional. Hidup dalam keseolah-olahan yang jauh dari kenyataan.
Kenyataannya, narkoba politik GIB-RAN ini hanya akan menghadirkan pemimpin yang jauh dari harapan lewat pemilu yang sudah kuat terindikasi bakal direkayasa ini. Tangan-tangan para aparat dan pejabat negara yang sudah terbius oleh narkoba politik GIBB-RAN ini, akan menjalankan perintah pemimpin yang haus kekuasaan untuk memenangkan kubunya dengan segala cara. Segala cara, dengan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan, termasuk melakukan kecurangan.
Ubah konstitusi dan segala aturan yang menghambat langkah memenangkan jagoannya dalam kontestasi Pilpres 2024. Tak cukup umur, cukupkan…ubah konstitusinya! Tak perlu debat Cawapres...hapuskan. Tetapkan lewat KPU. Tak perlu Pemilu Pilpres yang Jurdil, bebas dan rahasia, jalankan! Yang penting menang! Kondisikan secara masif akan menang satu putaran, sehingga ketika kecurangan dimainkan lewat mesin pemilu, kemenangan itu sudah terlegitimasi dengan baik. Karena para surveyor dan para buzzer bayaran telah melakukan pengkondisian secara sempurna. Sehingga kecurangan menjadi kebenaran lewat pembenaran, dan kebenaran terkubur dalam-dalam oleh tebaran politik narkoba GIB-RAN yang sengaja dihadirkan untuk diterima sebagai penebar kebenaran.
Maka tidaklah berlebihan bila rakyat yang sadar akan bahaya narkoba politik GIB-RAN, bangkit dan berseru lantang: LAWAN!!! Seruan yang merupakan ajakan untuk menjaga Indonesia agar tumbuh sehat dan kembali berpengharapan memiliki masa depan yang sesuai harapan cita-cita kemerdekaan.
Bergeraklah sebelum terlambat! Penyesalan dikemudian hari, tak ada gunanya. Bangkit melawan adalah pilihan yang terbaik dan perlu ditingkatkan menjadi kewajiban bagi seluruh warga bangsa yang masih waras etika, moral, jiwa, akal dan pikiran.
Sekali lagi…Hanya ada satu kata: LAWAN!!!