Erros Djarot, budayawan sekaligus politikus, punya cara tersendiri dalam merayakan peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama. Kalau puncak acara peringatan NU tersebut berlangsung hari Selasa 7 Februari, di Stadion GOR Sidoarjo, Erros justru merayakannya sehari kemudian, hari Rabu kemarin.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, ada 14 masalah terkait konflik pertanahan atau mafia tanah.

Erros Djarot menduga ada pemilik modal ingin unjuk kekuatan dalam kasus penahanan Ketua Forum Korban Mafia Tanah Indonesia (FKMTI) SK Budiardjo.

Pagelaran wayang orang bertema 'Pandawa Boyong', menurut Erros Djarot, menunjukkan bahwa kebudayaanlah yang bisa mempersatukan TNI dan Polri.

Semua korban mafia tanah, kata Erros, memiliki data-data sehingga bisa diadu untuk menentukan siapa sebetulnya yang harus ditahan di penjara.

Erros Djarot merasa heran dengan kriminalisasi yang dialami oleh SK Budiarjo, Ketua Forum Korban Mafia Tanah Indonesia, yang  diperjara justru saat memperjuang tanah miliknya sendiri.

“Mereka yang memperjuangkan hak atas tanahnya justru dikriminalisasi oleh para mafia,” kata Erros Djarot saat menjenguk SK Budiharjo. Erros menyerukan agar rakyat bersatu melawan mafia tanah.

Persoalan mafia tanah tidak akan selesai hanya dengan menyikat oknum TNI maupun Polri. "Mereka hanya orang bayaran," kata Erros Djarot.

Pembicaraan pemilu harusnya lebih maju dan tidak sekadar membicarakan siapa pengganti presiden. Isu supremasi kedaulatan rakyat harus jadi prioritas.