- Details
- Oleh JTV rek
Erros Djarot menyampaikan pidato kebudayaan dalam acara Seduluran Semanggi Surabaya di Balai Budaya Surabaya pada 12 Juli 2022.
- Details
- Oleh ICOMA Madura TV
Merespon pertanyaan jurnalis, Erros Djarot menyayangkan belum terealisasinya pembangunan d Indonesia Islamic Science Park di Madura.
- Details
- Oleh Pilar.id
Di era digital, kebhinekaan masyarakat Indoensia bukan lagi dikawal oleh TNI dan polri, melainkan oleh para kreator muda.
- Details
- Oleh Kumparan
Erros Djarot mendeklarasikan Gerakan Bhineka Nasionalis sebagai organisasi perjuangan kaum nasionalis di Indonesia.
- Details
- Oleh Sutanto Mendut
Erros Djarot menghadiri Hari Peradaban Desa di Komunitas Lima Gunung.
- Details
- Oleh Liputan4
Politisi dan seniman Eros Djarot masih prihatin terhadap perjalanan bangsa, hingga saat ini. Ia melihat jiwa nasionalisme bangsa ini masih perlu dimatangkan menuju kemandirian berpikir dan bertindak.
Hadir dalam pengukuhan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GPMNI) di Jakarta, Sabtu (26/3/2022), Eros Djarot yang lama terlibat dalam Partai Perjuangan Indonesia, PDI-P, dan mendirikan Partai Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), melihat fenomena merosotnya jiwa nasionalisme bangsa ini.
“Kita ini jangan hanya membicarakan kemerdekaan, nasionalisme, atau Bung Karno, kalau kita sendiri tidak merdeka, rakyat kita tidak merdeka, dan tidak setia pada nilai-nilai Pancasila yang direnungkan Bung Karno,” ujar Eros kepada wartawan.
Dia melihat nilai-nilai Pancasila itu ikut tergeser seiring merosotnya nasionalisme anak bangsa. Rasa kebangsaan itu tergeser oleh orientasi pragmatisme sempit dan egoistik.
Menjadi bangsa yang merdeka berarti kita menjadi pemenang, tidak dijajah orang lain, atau dikuasai oleh kekuatan lain yang mengeksplorasi rakyat.
Kemerdekaan itu, kata Eros, harus terlihat pada kehidupan rakyat. Rakyat yang harus berdaulat atas dirinya.
Namun, faktanya rakyat belum merdeka. Rakyat malah mengabdi pada penguasa dan terjerumus dalam kemiskinan dan sengsara.
“Seharusnya kita yang melayani dan mengabdi pada rakyat, bukan sebaliknya rakyat mengabdi pada para pemimpinnya, yang tidak seberapa peduli pada nasib rakyatnya,” tukas adik kandung sutradara Slamet Rahardjo ini.
Eros juga mengingatkan agar kita tak hanya menyebut-sebut nama Bung Karno tetapi membiarkan nilai-nilai Pancasila terus digeser oleh ideologi lain, yang bukan merupakan ciri kepribadian bangsa Indonesia.
“Kita harus menjadi bangsa yang sungguh merdeka, yang terlihat pada kehidupan rakyat kita di desa-desa dan di jalan-jalan. Merdeka itu bukan sesuatu yang semu. Untuk itu kita harus menjadi nasionalis yang cerdas, yang menguasai seluruh kekayaan alam kita, itu semua demi kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir penguasa dan pengusaha,” ujar suami dari Dewi Triyadi Surianegara.
Pemikiran-pemikiran cerdas Eros Djarot itu sering tertuang dalam tulisan-tulisannya, di antaranya di Kompas dan Tempo. Wawasan Eros itu memperlihatkan dirinya bukan hanya seorang politisi. Masyarakat mengenalnya juga sebagai penulis skenario, sutradara, pencipta lagu, seniman dan budayawan besar yang dimiliki bangsa ini.
Perjuangan Eros tak selalu mulus. Di masa Orde Baru, tabloid Detik-nya dibreidel Soeharto. Namun, penulis lagu “Badai Pasti Berlalu” itu setia pada jalan politik dan seni yang dipilihnya sebagai wujud cintanya pada negeri ini
Sumber: https://liputan4.com/eros-djarot-jadilah-nasionalis-yang-cerdas-dan-bangsa-merdeka/
- Details
- Oleh SantriNews
Budayawan nasional Eros Djarot mendukung para tokoh Madura untuk terus berjuang mewujudkan mewujudkan Provinsi Madura. Ia meyakini Presiden Joko Widodo akan menyambut baik.
“Madura itu (sebenarnya) lebih istimewa dari Yogyakarta,” kata Eros Djarot saat menghadiri pertemuan para tokoh Madura yang digelar Panitia Nasional Pembentukan Provinsi Madura, di Coffe Shop Hotel Elmi Surabaya, Senin, 10 Januari 2022.
Pertemuan itu dihadiri sekitar 40 tokoh. Diantaranya Ketua Dewan Pembangunan Madura (DPM) Haji Achmad Zaini, Budayawan KH D Zawawi Imron, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep KH Fauzi Tidjani Djauhari, Rektor Unitomo Surabaya DR Siti Marwiyah, Rektor Unija Sumenep DR Syaifurrahman, Sekjen GPI Harun Al Rasyid, dan Ketua IKAMA Jatim H Bukhori Imron.
Hadir juga KH RPA Mujahid Anshori, KH Hanan Nawawi, KH Hafidullah, Rahman, AS Rizal, Produser Film Jokotole – Faisal Nawawi, Efri Jo – Produser dan tim.
Eros Djarot menjelaskan, Madura dan Yogyakarta memiliki sejarah dan sisi kesamaan. Namun, menurut dia, Madura memiliki keistimewaan lebih dibanding Yogyakarta.
“Punya sejarah kerajaan Madura dan punya bahasa yang berbeda dengan Jawa. Ini berbeda dengan Yogyakarta yang masih sama-sama berbahasa Jawa layaknya daerah lain di tanah Jawa,” paparnya.
Sebelumnya sejumlah tokoh Madura mengajukan yudicial review di Mahkamah Konstitusi guna mewujudkan Provinsi Madura. Namun, upaya dari sisi hukum itu kandas.
Eros menyarankan agar menempuh langkah lain yang berbeda. Diantaranya dengan berjuang dan menuntut hak keistimewaan Madura kepada Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara, bukan sebagai kepala pemerintahan.
“InsyaAllah Pak Jokowi akan sangat memperhatikan hak tersebut. Yang sulit-sulit saja seperti rencana ibukota Negara Baru dipikirkan beliau, apalagi menjadikan Madura sebagai provinsi dengan segala keistimewaan yang dimilikinya,” lanjut Eros Djarot.
Haji Achmad Zaini sebagai motor dari perjuangan mewujudkan Provinsi Madura merasa tercerahkan dengan lontaran pemikiran Eros Djarot dan sejumlah tokoh.
“Saya sangat berterima kasih atas pencerahan yang diberikan Mas Eros Djarot, saya semakin semangat karena semakin banyak yang membantu perjuangan ini,” tegas Haji Zaini.
Sumber: https://santrinews.com/daerah/eros-djarot-madura-lebih-istimewa-dari-yogyakarta
Liputan media lainnya: https://www.ngopibareng.id/read/madura-mintak-jalan-tol